Sunday, December 13, 2015

Islam di Jawa Barat Pasca Kemerdekaan



Memang diakui, sebenarnya terdapat tiga lembaga swasta Islam dari beberapa lembaga aliran keagamaan Islam, khususnya di Jawa Barat, yang dianggap cukup mewakili lembaga aliran-aliran keagamaan dalam Islam, antara lain: Aliran Nahdlatul Ulama (NU Muhammadiyah, dan Persis (Persatuan Islam) yang selama ini selalu memberikan pembinaan nilai-nilai rohaniah, dan dalam hal-hal tertentu nilai-nilai mistik-spiritualistik suatu masyarakat muslim di Jawa Barat; tetapi, tampaknya juga seperti tidak antusias memberikan pembinaan keagamaan terhadap para penganut aliran kebatinan itu. Kini, ketika politik aliran telah mulai memudar, dan pembinaan nilai-nilai rohaniah atau mistik-spiritualistik, mulai banyak dilakukan oleh para aktivis secara individualistik, --para individualis ini sebagian berangkat dari kalangan aktivis Perguruan Tinggi-- juga tidak ada yang dengan sengaja menujukan pembinaan nilai-nilai rohaniah atau mistik-spiritualistik itu pada para penganut aliran kebatinan itu.

Aliran keagamaan Islam Nahdlatul Ulama (NU yang selama ini terkenal dengan karakteristiknya yang mengakui tradisi-tradisi keagamaan Islam seperti tasawuf dengan kehidupan mistik-spiritualistiknya yang bersifat rohaniah-batiniyah, sebenarnya merupakan sebuah kekuatan tersendiri yang mempunyai nilai jual yang sangat tinggi di hadapan para penganut aliran kebatinan. Dalam upayanya melestarikan nilai-nilai rohaniah-batiniyah inilah nilai keunggulan orang-orang NU dibandingkan dengan para penganut aliran keagamaan Islam lainnya. Oleh sebab itu, orang-orang NU yang secara kebetulan sangat memelihara tradisi tasawuf utamanya tarekatnya, sangat pantas lebih banyak bergelut dengan dakwah kepada para penganut aliran kebatinan.        

Dikatakan juga bahwa di wilayah NU Jawa Barat terdapat beberapa orang tokoh NU yang mempunyai ilmu hikmah, antara lain DR KH  Syakur, seorang kyai di pesantren Kertasmaya, Cirebon, alumni Universitas al-Zaitun Tunisia,  K H Sukrama Wirnaputra mantan Rektor UNNU pertama, juga KH Nasir Yusuf. Mereka bertiga merupakan sampel di antara beberapa figur orang-orang NU yang mempunyai ilmu hikmah itu. Ketiganya juga berprofesi sebagai orang-orang yang siap untuk dimintai hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah mistik-spiritualistik. Pada tanggal 24 Juni 2002, ketika penulis sedang mewawancarai KH Nasir Yusuf, ia menyatakan bahwa: Kalau anda tidak percaya dengan apa yang dikatakan saya, besok pagi (25 Juni 2002 di rumah seorang tokoh PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) Jawa Barat, saya akan melakukan pengusiran Jin, yang katanya sangat mengganggu keluarga dan kawan-kawannya, para tokoh PKB. Pada sisi yang lain, orang-orang NU juga mempercayai adanya kharisma tokoh ulama tertentu meski sudah wafat, karena masih mempengaruhi kehidupan manusia, dan lain-lainnya. Dari sini, lalu orang-orang NU suka berziarah ke makam-makam ulama tertentu, khususnya pada hari-hari tertentu dan waktu-waktu tertentu pula. Karena hari dan waktu tertentu mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu pula.

Adapun aliran keagamaan Islam Muhammadiyah, bersama-sama dengan aliran keagamaan Islam Persis (Persatuan Islam) telah menganggap dirinya sebagai kelompok aliran keagamaan Islam modernis Selama ini istilah modernis masih debatable. Sebab, sebagian ahli) menganggap bahwa sesuatu kelompok, individu, pemikiran atau selainnya tertentu yang telah mencoba  menyegarkan, memperbaharui, dan menampakkan kembali wajah Islam yang terlihat sempit menjadi lebih luas, dan lebih sesuai dengan kondisi sosio-kultural sehingga Islam mampu menjadi rahmat bagi seluruh alam dianggap sebagai modernis. Gagasan modernis seperti ini, merupakan gagasan yang ideal dan Islamis. Gagasan ini bersifat inklusif, dan substantif. Oleh sebab itu, gagasan seperti ini sangat mungkin melingkupi, dan disepakat berbagai aliran keagamaan Islam yang ada. Ketika aktualisasi konsep modernis seperti ini dalam form, berupaya memberantas dan menyerang moral masyarakat yang longgar, karena telah menimbulkan sikap masyarakat menjadi permisif, maka sangat memungkinkan terjadi kesepakatan antara berbagai aliran ke agamaan Islam yang ada. Tetapi, ketika aktualisasi konsep modernis itu dalam form berupaya memberantas, dan mengikis habis berbagai kultur lokal yang ada dalam lingkungan suatu kelompok, individu, atau pemikiran tertentu, yang berhubungan dan mempengaruhi keberagamaan Islam mereka, seperti tasawuf dengan tarekatnya, karena dianggap telah membuat dan menambah-nambah praktek-praktek keagamaan yang menyimpang, sehingga dianggap telah menimbulkan bid’ah-bid’ah, khurafat, dan tahayul, maka tidak semua aliran keagamaan Islam itu sepakat. Sebab, kalau konotasi praktek-praktek keaga maan Islam yang dianggap menyimpang dan selainnya itu dikaitkan dengan praktek-praktek kehidupan rohaniah-batiniyah yang berbentuk mistik-spiritua listik, semacam kehidupan tasawuf, atau ziarah qubur kepada makam para wali, dan beberapa kegiatan ilmu hikmah yang dilakukan oleh para kyai NU, maka tidak akan semua aliran keagamaan Islam menyatakan kesepakatan. Karena –bagi orang-orang NU-- secara intrinksik, nilai-nilai rohaniah-batiniyah dalam bentuk mistik-spiritualistik itu dianggap merupakan kebutuhan setiap individu, dan mendapat legitimasi dari ajaran Islam Meski dalam praktisnya, bentuk-bentuk mistik-spiritualistik itu terkadang tampak berkolabo rasi dengan kultur-kultur lokal. Berkenaan dengan itu, maka –bagi orang-orang NU-- upaya mengkolaborasikan nilai-nilai rohaniah dalam form mistik-spiritualistik dengan kultur-kultur lokal itu, pada dasarnya merupakan suatu keniscayaan dan upaya membumikan dan memfungsionalisasikan nilai-nilai rohaniah-batiniyah Islam, sehingga menjadi moral dan kesolehan Islam berkultur lokal. Dari sini, lalu Islam tampak dalam bentuk aktivitas masyarakat bervarietas Islam lokal Jawa, Sunda, Malaysia, Pakistan, Arab Saudi, Mesir, dan lain-lainnya, yang dianggap tidak harus seragam Secara temporal ilmiah, adanya varietas Islam lokal itu pada dasarnya merupakan sebuah result dari pendekatan antropologis dalam memahami Islam ideal. Sebab dari perspektif ini, pendekatan filosofis, etnologis, dan historis agama-agama terhadap studi agama bersifat saling terkait dan saling melengkapi.

Muhammadiyah sebagai sebuah kelompok aliran keagamaan Islam yang modernis, --secara administratif-- merupakan sebuah organisasi aliran kegamaan Islam yang lebih memfokuskan kepada hal-hal yang bersifat sosio-kultural. Oleh sebab itu, sangat wajar kalau beberapa aktivitasnya, telah berhasil mendirikan beberapa lembaga-lembaga sosio-kultural. Muhammadiyah Jawa Barat, yang pimpinan tanfidiyah masa bakti 2000-2005-nya di jabat oleh, ketua DR. Ir. H E Hidayat Salim MS, dengan sekretaris DR Makhmud Syafe’I, MA, telah siap akan mengembangkan organisasi Muhammadiyah ini dengan lebih maju lagi. Pada tahun 1999 saja.

Aliran keagamaan Islam Persis, sebagai sebuah aliran keagamaan Islam modernis lain yang berdiri pada tahun 1923, tujuan organisasinya mengusahakan terlaksananya syariat Islam berlandaskan al-Qur’an dan al-Sunnah secara kaffah dalam segala aspek kehidupan. Formulasi media upayanya itu, tampak dalam aktivitas dakwah, baik dalam bentuk penerangan secara individual face to face, secara oral komunal, secara teknologis tertulis, maupun selainnya. Upaya ini dengan maksud memfurivikasi atau mengemba likan ummat Islam yang dianggap telah melakukan taqlid, bid’ah, dan syirik, kepada al-Qur’an dan al-Sunnah Rasul Allah SWT. Para penganut aliran kebatinan, yang dalam berbagai hal aktivitas mereka tampak sangat kontradiksi dengan apa yang akan dilakukan oleh organisasi Islam Persis ini, secara faktual, sebenarnya merupakan media dan wahana paling subur dalam rangka memanifestasikan aktivitas itu. Namun, dalam tataran realitasnya, upayanya itu justru hanya menjadikan Islam ideal, global, unity, dan sakral, menjadi Islam dalam bentuk Islam formal ritual yang konotasinya dengan aktivitas peribadatan lahiriyah, bukan Islam dalam bentuk Islam substansial yang konotasinya gerakan moral dan peradaban yang dalam hal-hal tertentu dapat menyentuh aspek-aspek rohaniyah-batiniyah.

No comments:

Post a Comment